Bunyi ledakan bom, isak tangis manusia, darah berceceran, bunyi senapan, api berkobar, tangis anak-anak ketakutan, darah di pucuk-pucuk tombak bambu runcing. Segenap perjuangan terus dikerahkan rakyat pribumi untuk meraih kemerdekaan yang hakiki.
Dendam mendalam berkobar membakar semangat Parmin. Belanda, sekutu maupun jepang semua adalah musuh, tentara juga company merekalah yang telah membunuh Ibunya dalam ledakan bom di Mushola itu. Tah hanya itu, tak cukup hanya Ibu Parmin saja, namun juga puluhan, ratusan, bahkan jutaan rakyat pribumi di seluruh penjuru Nusantara.
“Rebut kembali Indonesia, Tanak Air kita, Merah Darahku, Putih Tulangku, Merdeka, Allahu Akbar..” begitu teriak Parmin yang kemudian menancapkan bambu runcingnya pada dada pejabat tinggi kolonial Belanda. Ya...darah itu mengalir dari dalam dada kepucuk tombak bambu.